Prototype Rumah Halal Di Kembangkan
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Medan, M Hatta, menyebutkan saat ini sedang dikembangkan prototype rumah halal oleh berbagai perguruan tinggi di Malaysia.
Rumah halal ini, katanya, merupakan respon atas pengembangan berbagai produk halal yang sesuai syariat Islam. Upaya pengembangan produk halal mulai dari sektor primer, sekunder hingga tertier itu, dilakukan, bertujuan untuk kenyamanan dan keamanan dalam pemenuhan kebutuhan manusia.
"Saat ini dunia menyadari pentingnya nilai pasar produk di negara-negara Islam. Sehingga sektor industri negara-negara Barat sekali pun mulai mempraktekkan tata cara produksi hingga distribusi produk mereka secara halal sesuai syariat Islam," katanya, pagi ini.
Menurutnya, rumah halal, misalnya dibangun mengikuti ketentuan syariat Islam, mulai dari pertapakan, bahan material rumah, hingga posisi rumah yang sesuai syar’i. Misalnya, untuk mendapatkan modal membangun rumah, jika harus melalui cara kredit meski melalui bank Islam. Atau, jika membeli material rumah harus dari bahan yang halal.
Saat ini sudah ada bahan material rumah yang tidak halal, berupa bahan material (batu) yang dicampur dengan kotoran babi. “Jelas material rumah ini tidak halal,” ungkap Hatta. Demikian pula dengan posisi rumah yang sesuai dengan syariat Islam.
Disebutkan, ada ketentuan Islam yang mengatur posisi rumah, ruang tamu, kamar tidur hingga kamar mandi. Misalnya, kamar mandi tidak boleh menghadap kiblat. Bahkan, rumah ang halal itu adalah rumah yang dibangun tanpa mengganggu rumah tetangga.
“Model rumah halal itu dikembangkan untuk memberikan jaminan pada umat Islam, bagaimana hidup yang halal dan baik,” jelas pakar dakwah Islam itu. Hatta juga mengungkapkan, banyaknya produk industri mulai dari obat-obatan hingga berbagai produk kecantikan yang tidak terjamin kehalalannya.
Lebih 60 persen produk cangkang (kapsul) obat-obatan itu punya unsur haram di dalamnya, kata Hatta, berdasarkan penelitian pakar farmakologi USU. Demikian pula dengan insulin yang digunakan sebagai bahan dasar pengobatan. Hal itu terjadi, karena umumnya di negara-negara produsen obat-obatan itu, ternak haram (babi) paling banyak dikembangbiakkan.
Sebelumnya, Pj Walikota Tebingtinggi, Eddy Syofian, menyebutkan mulai menurunnya tingkat kepercayaan publik terhadap pemerintah. Misalnya, adanya kritik tokoh agama (ulama) terhadap pemerintah.
Akibatnya terjadi perbedaan sikap dalam melihat persoalan yang ada. Hal-hal seperti ini, kata Eddy, seharusnya dihindari dengan cara saling memahami posisi masing-masing antara ulama.
http://www.waspada.co.id/
